Thursday 20 May 2010

CATATAN KE V

Perjalanan cinta yang berkicau dalam sura burunng bagai dialog percakapan dalam sandiwara di atas podium jiwa. Realita sekejam apapun takkan bisa dielakkan. Disaat matahari tak teras lagi sebagai cahaya. Purnamapun menjadi gerhana ditengah badai aku melangkah. Aku terpuruk harus berhenti mengejar lanngkah cinta. Walau cantiknya sang surya masih terpikat senyumnya. Dan purnama masih menjadi bayangan yang terus aku harap hadirnya. Dalam pungguk hidupkku yang kelam. Terlalu banyak hasratku mati dipangkuannya. Empatipun bagai api lilin yang membakar seluruh yangn ada dalam diriku. Inilah rasa sekeptis dalam ketulusan dan keyakinan. Hingga tenngelam ditengah rasa mencintai. Terpaksa keyakinan dan ketulusan cinta. Terjadi bagai layar yang tersobek badai. Bosan dan engan menemanikku dan membawaku. Tingngallah pilihan pasrah mendayunng derita bersama puing-puing kehancuran cinta. Inilah sejarah cinta. Bahsa kejujuran yang hanya jadi harga diri sampah tertumpuk dalam keranjang jiwa.

Vonis hadiah cinta cukup membuat aku terbakar dalam luka dan nestapa jiwa. Hari ini dan disin aku hanya bisa bertanya. Kenapa engkau tak jujur sebelulm terlampau aku lemah dihadapanmmu. Sekalipun aku mencoba bangkit dari keterpurukan ini, tapi bayanganmmu bagai terus melemahkankuk. Lalu engkau bagai meninggalkanku yang membuat aku kesasar. Seakan tak kku temukan pintu hidupku aku aku bisa lari melepaskan perasaan yang aku alami.

Tapi aku tak bisa melangkahkan kaki untuk mencari ketentraman jiwa. Aku bagai takkan pernah lagi temukan, walau hanya sepercik lentera mesti menjadi kunang-kunang jiwa. Aku menyadari dan merasa kehilangan ketika engkau bilang “ asaku telah aku sandarkan pada orang yanng telah lebih dahulu sebelum kamu mencintaiku”.

No comments:

Post a Comment